Selasa, 23 Maret 2010

Hutang emas boleh dibayar hutang budi dibawa mati~


Di sepanjang perjalanan hidup, pastilah kita pernah menerima kebaikan orang lain. Kebaikan yang akan kita kenang sebagai "hutang budi" pada sang penolong. Demikian tinggi kita menghargai hutang budi tersebut sampai ada peribahasa bilang: "Hutang budi dibawa mati".

Banyak peribahasa di beberapa negara terkait dengan hutang budi ini. Di negara China contohnya, dikenal peribahasa yang kalo diartikan dalam bahasa Indonesia artinya: "Budi baik dibalas SEGERA!" Hehehe... peribahasa ini mungkin juga dipengaruhi oleh kultur negara ini yang selalu mintanya segera! termasuk juga soal bales "budi2an" ini yak :p hmm... jadi keinget soal klien dari China yang umumnya kalo minta proses apapun, seringkali mintanya instan (aka: ga pake lama!!!). Hueee.... gpp lah asal "cien"-nya kenceng mah kita bisa koq, jangankan instan, super instan pun bisa koq :D

Kalo dibandingin, antara kedua istilah tersebut di atas, walaupun sama-sama nyiratin kalo hutang budi itu sangat bernilai, tapi keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. "yang China" pengennya budi dibales segera, sementara "yang kita" bilang dibawa mati. Hueee.... kalo dibawa mati, berarti kaga dibayar2 donk! Jadi keinget sama peribahasa kita juga: "Putih tulang dikandung tanah, budi yang baik dikenang juga". Setali tiga uang, keduanya kurang lebih nyiratin kalo budi baik itu harus dikenang sampe mati. Makanya ga aneh seringkali kita dengar kata2: "ohhh dia baik sekali, biarlah Tuhan yang membalas kebaikannya."

Lalu balesan kita apa??? Diem aja, sampe Tuhan ngebales kebaikan orang tersebut?
"Tar dech, kalo aku sukses, aku akan bales semua kebaikannya." Jadi, nunggu sukses dulu?
"Hmm.. sekarang aku belom punya apa2, gimana aku bisa ngebalesnya." Hmm.. emang mo nunggu sampe punya apa? Hueee... apa itu kultur kita? (pizzz!)
Entahlah....

Sekedar intermezzo, terinspirasi dari seseorang hari ini~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar